TERJEMAH USHULUS SUNNAH

KITAB USHULUS SUNNAH 
KARYA 
 IMAM AHMAD 

 PENERJEMAH 
ABDURAHMAN MUBARAK BIN ATA

KATA PENGANTAR CETAKAN PERTAMA

بسم الرحمن الرحيم
Akhir-akhir ini karena gencarnya dakwah yang dilakukan oleh ahlul bid’ah dan makar yang dilakukan oleh orang-orang yang memusuhi Islam mengakibatkan umat Islam banyak yang tidak mengetahui pokok-pokok agama mereka. Oleh sebab itu kami merasa terpanggil untuk menjelaskan aqidah Islam (Ahlus Sunnah wal Jama’ah) kepada masyarakat luas agar mereka bisa mempelajari dan mengamalkannya. Alhamdulillah, kami mendapatkan satu kitab, walaupun kecil bentuknya namun mengandung ilmu yang sangat besar dan bermanfaat bagi kaum muslimin di dunia dan di akhirat. Buku karya Imam Ahlus Sunnah Ahmad bin Hanbal memuat pokok-pokok Aqidah Ahlus Sunnah yang sudah banyak dilupakan oleh kaum muslimin. Akhirnya mudah-mudahan ini merupakan sumbangsih kami dalam menyebarkan Dakwah Salafiyah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, dan mudah-mudahan Allah subhanahu wata’ala menjadikannya bermanfaat bagi segenap pembaca khususnya dan kaum muslimin pada umumnya. Amin. Tak lupa segala kritik dan saran tetap kami harapkan demi kesempurnaan risalah ini, karena kami yakin kami adalah orang yang dha’if, semoga Allah subhanahuwata’ala meridhai kita semua. Penerbit AL MUBARAK


 KATA PENGANTAR CETAKAN KEDUA 
بسم الرحمن الرحيم

Alhamdulillah, kami kembali bisa menghadirkan salah satu karya Imam Ahlus Sunnah Ahmad bin Hanbal. Buku ini berisi pokok-pokok Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Dalam cetakan kedua ini risalah Ushulus Sunnah kami ambil dari kitab "Syarah Ushul I’tiqad Ahlis Sunnah wal Jama’ah" karya Imam al Lalika'i rahimahullah.
Sebagai tambahan faidah kami juga nukilkan beberapa faidah tambahan dari kitab-kitab para ulama ahlus sunnah wal jamaah.
Di bagian akhir kitab ini kami hadirkan pula satu risalah Syaikh Muqbil bin Hadi al Wadi’I yang berjudul “Hadzihi Dakwatuna wa Aqidatuna”. Mudah-mudahan apa yang kami lakukan ini bermanfaat bagi kami di dunia dan di akhirat. Dan kami meminta Agar Allah menjadikan buku ini bermanfaat bagi segenap pembaca khususnya dan kaum muslimin pada umumnya. Amiin.

PENERBIT ALMUBARAK



AQIDAH IMAM AHMAD BIN HANBAL

 أخبرنا علي بن محمد بن عبد الله السكري ، قال : حدثنا عثمان بن أحمد بن عبد الله بن بريد الدقيقي قال : حدثنا أبو محمد الحسن بن عبد الوهاب أبو العنبر قراءة من كتابه في شهر ربيع الأول سنة ثلاث وتسعين ومائتين ، قال : حدثنا أبو جعفر محمد بن سليمان المنقري بتنيس قال : حدثني عبدوس بن مالك العطار قال : سمعت أبا عبد الله أحمد بن محمد بن حنبل يقول :
Imam Al Lalikai berkata: Telah mengabarkan kepada kami Ali bin Muhamad bin Abdillah assukary, ia berkata: telah memberitakan kepadaku ‘Utsman bin Ahmad bin Buraid Ad Daqiqi: ”Telah menceritakan kepada kami Abu Muhammad al Hasan bin Abdul Wahab Abul Anbar, beliau telah membaca kitabnya pada bulan Rabiul awal Th. 293 H. ia berkata: “Telah mengabarkan kepada kami Abu Ja’far Muhammad bin Sulaiman al Munqari al Bashri di Tunisia: “Telah mengabarkan kepadaku Abdus bin Malik al Athar: ”Aku mendengar Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal berkata:

 أصول السنة عندنا : التمسك بما كان عليه أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم ، والاقتداء بهم ، وترك البدع ، وكل بدعة فهي ضلالة ، وترك الخصومات والجلوس مع أصحاب الأهواء ، وترك المراء والجدال والخصومات في الدين
Pokok-pokok Sunnah (Islam) di sisi kami adalah: Berpegang teguh dengan apa yang telah dijalani oleh para shahabat nabi serta bertauladan kepada mereka dan meninggalkan perbuatan bid’ah. Karena setiap bid’ah adalah sesat. Serta meninggalkan perdebatan dalam masalah agama,juga meninggalkan duduk-duduk bersama ashabul ahwa, meninggalkan perdebatan dan percekcokan dalam masalah agama

 والسنة عندنا آثار رسول الله صلى الله عليه وسلم ، والسنة تفسر القرآن ، وهي دلائل القرآن ، وليس في السنة قياس ، ولا تضرب لها الأمثال ، ولا تدرك بالعقول ولا الأهواء ، إنما هي الاتباع وترك الهوى
 As Sunnah disisi ahlussunah adalah atsar-atsar dari rasulullah. Assunnah adalah yang menafsirkan Al Qur’an dan menjadi dalil-dalil (sebagai petunjuk dalam memahami) Al Qur’an. Tidak ada qiyas dalam masalah agama, tidak boleh dibuat permisalan-permisalan bagi As Sunnah, dan tidak boleh As Sunnah difahami dengan akal dan hawa nafsu, kewajiban kita hanyalah mengikuti As Sunnah serta meninggalkan akal dan hawa nafsu.

 ومن السنة اللازمة التي من ترك منها خصلة (4) لم يقلها ويؤمن بها لم يكن من أهلها :
 Dan termasuk As Sunnah yang harus diyakini, barangsiapa meninggalkan salah satu dari As Sunnah ini –tidak menerima dan tidak beriman padanya- maka dia tidak termasuk golongan Ahlus Sunnah, yaitu:


  الإيمان بالقدر خيره وشره ، والتصديق بالأحاديث فيه ، والإيمان بها لا يقال لم ولا كيف ، إنما هو التصديق بها والإيمان بها ومن لم يعرف تفسير الحديث ويبلغه عقله فقد كفي (5) ذلك وأحكم له ، فعليه الإيمان به والتسليم له ، مثل حديث الصادق والمصدوق ، وما كان مثله في القدر ، ومثل أحاديث الرؤية كلها ، وإن نبت عن الأسماع واستوحش منها المستمع فإنما عليه الإيمان بها ، وأن لا يرد منها جزءا واحدا وغيرها من الأحاديث المأثورات عن الثقات ، لا يخاصم أحدا ولا يناظره ولا يتعلم الجدل (6) ، فإن الكلام في القدر والرؤية والقرآن وغيرها من السنن مكروه منهي عنه ، ولا يكون صاحبه إن أصاب بكلامه السنة من أهل السنة حتى يدع (7) الجدل ويسلم ويؤمن بالآثار
Iman Terhadap Qadar yang Baik dan Jelek, Membenarkan hadits-hadits yang datang tentang masalah ini, beriman kepadanya, tidak mengatakan ”mengapa?”, dan tidak pula mengatakan: ”Bagaimana?”, akan tetapi sikap kita hanya membenarkan dan mengimaninya. 
Barangsiapa yang tidak mengetahui penafsiran suatu hadits, dan akalnya tidak dapat mencapainya sesungguhnya hal tersebut telah cukup dan sempurna (tidak perlu berdalam-dalam lagi). Yang wajib atasnya adalah beriman, tunduk dan patuh dalam menerimanya, seperti hadits; ‘As Shadiqul masduq”7 dan hadits-hadits yang seperti ini dalam masalah taqdir, demikian juga semisal hadits-hadits ru’yah (bahwa kaum mukminin akan melihat Allah di surga).
Walaupun terasa asing di pendengaran dan berat bagi yang mendengar, akan tetapi wajib mengimaninya dan tidak boleh menolak satu bagianpun, juga hadits-hadits lainnya yang ma’tsur (diriwayatkan) dari orang-orang terpercaya. Jangan berdebat dengan seorangpun, tidak boleh pula mempelajari ilmu jidal (ilmu debat mendebat) karena berbicara tanpa ilmu dalam masalah taqdir, ru’yah dan Al Qur’an dan masalah lainnya yang terdapat dalam sunnah adalah perbuatan yang dibenci dan dilarang,  pelakunya tidak termasuk ahlus sunnah walaupun perkataannya mencocoki sunnah sampai dia meninggalkan perdebatan dan mengimani atsar.



  والقرآن كلام الله وليس بمخلوق ، ولا تضعف أن تقول ليس بمخلوق ، فإن كلام الله منه وليس منه شيء مخلوق ، وإياك ومناظرة من أحدث فيه ، ومن قال باللفظ وغيره ، ومن وقف فيه فقال : » لا أدري مخلوق أو ليس بمخلوق « ، وإنما هو كلام الله وليس بمخلوق

Al Qur'an adalah kalamullah (Firman Allah) dan bukanlah makhluk. Janganlah kamu lemah untuk menyatakan: “Alquran bukan makhluk”. 
Sesungguhnya kalamullah (al Qur'an) itu datang dari Allah, dan sesuatu yang berasal dari Dzatnya itu bukanlah makhluk. 
Jauhilah berdebat dengan orang yang berbuat bidah dalam masalah ini dan dengan orang lafdziyah (ahlul bid’ah yang mengatakan; lafadzku ketika membaca Al Qur’an adalah makhluk) dan orang lainnya atau juga dengan orang yang tawaquf (abstain) dalam masalah ini yang mereka berkata; ”aku tidak tahu Al Qur’an itu makhluk atau bukan makhluk tapi yang jelas Al Qur’an itu adalah kalamullah”.
Ketahuilah (bahwasanya keyakinan ahlus sunnah adalah) Al Qur’an adalah kalamullah bukan makhluk


والإيمان بالرؤية يوم القيامة كما روي عن النبي صلى الله عليه وسلم من الأحاديث الصحاح وأن النبي صلى الله عليه وسلم قد رأى ربه ، وأنه مأثور عن رسول الله صلى الله عليه وسلم صحيح ، رواه قتادة ، عن عكرمة ، عن ابن عباس ، ورواه الحكم بن أبان ، عن عكرمة ، عن ابن عباس ، ورواه علي بن زيد ، عن يوسف بن مهران ، عن ابن عباس ، والحديث عندنا على ظاهره كما جاء عن النبي صلى الله عليه وسلم ، والكلام فيه بدعة ، ولكن نؤمن به كما جاء على ظاهره ولا نناظر فيه أحدا

Iman terhadap Ru’yah hari kiamat.Sebagaimana diriwayatkan dari Nabi shalallahu’alaihi wasallam dalam hadits-hadits yang shahih.12 Hal ini telah ma’tsur dari Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam diriwayatkan oleh Qatadah dari Ikrimah dari Ibnu Abbas dan diriwayatkan oleh Al Hakam bin Iban dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, driwayatkan pula oleh Ali bin Zaid dari Yusuf bin Mihram dari Ibnu Abbas. Kita memahami hadits ini sesuai dengan zhahirnya sebagaimana datangnya dari Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam. Berkomentar (tanpa ilmu) dalam hal ini adalah bid’ah, yang wajib bagi kita adalah beriman dengan hal ini sebagaimana datang zhahirnya dan kita tidak berdebat dengan seorangpun dalam masalah ini


والإيمان بالميزان كما جاء : يوزن العبد يوم القيامة فلا يوزن جناح بعوضة ، وتوزن أعمال العباد كما جاء في الأثر . والإيمان به والتصديق به والإعراض عمن رد ذلك ، وترك مجادلته
Iman kepada Mizan Sebagaimana disebutkan dalam hadits: “Seorang hamba akan ditimbang pada hari kiamat, dan beratnya tidak seberat sayap nyamukpun”14 Amalan para hamba akan ditimbang sebagaimana disebutkan dalam atsar. Wajib bagi kita untuk beriman dan membenarkannya,15 serta berpaling dari orang-orang yang menentangnya dan (kita harus) meninggalkan perdebatan dengannya.16 6. Allah berbicara kepada hambaNya pada hari kiamat


وإن الله تبارك وتعالى يكلم العباد يوم القيامة ليس بينهم وبينه ترجمان ، والإيمان به والتصديق به
Allah berbicara kepada hambaNya pada hari kiamat, Sesungguhnya para hamba akan berbicara dengan Allah pada hari kiamat tanpa adanya penerjemah antara mereka dengan Allah dan hal ini kita wajib mengimaninya. 


والإيمان بالحوض ، وأن لرسول الله صلى الله عليه وسلم حوضا يوم القيامة ترد عليه أمته ، عرضه مثل طوله مسيرة شهر ، آنيته كعدد نجوم السماء ، على ما صحت به الأخبار من غير وجه 
Beriman kepada haudh (telaga), Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam pada hari kiamat memiliki telaga yang akan didatangi oleh umatnya, lebarnya seperti panjangnya yaitu selama perjalanan satu bulan, bejana-bejananya seperti banyaknya bintang-bintang di langit, hal ini sebagaimana diberitakan dalam khabar-khabar (hadits-hsdits) yang benar dari banyak jalan periwayatan

 والإيمان بعذاب القبر 
Beriman tentang adanya adzab kubur


 وأن هذه الأمة تفتن في قبورها ، وتسأل عن الإيمان والإسلام ، ومن ربه ، ومن نبيه ، ويأتيه منكر ونكير كيف شاء الله عز وجل وكيف أراد ، والإيمان به والتصديق به 
Sesungguhnya umat ini akan diuji dan ditanya dalam kuburnya tentang Iman, Islam, siapa Rabbnya dan siapa Nabinya shalallahu’alaihi wasallam. Munkar dan Nakir akan mendatanginya sebagaimana yang Dia kehendaki dan inginkan. Kita wajib beriman dan membenarkan hal ini


 والإيمان بشفاعة النبي صلى الله عليه وسلم ، وبقوم يخرجون من النار بعدما احترقوا وصاروا فحما ، فيؤمر بهم إلى نهر على باب الجنة كما جاء في الأثر ، كيف شاء الله وكما شاء ، إنما هو الإيمان به والتصديق به 
Beriman kepada syafa’at Nabi shalallahu’alaihi wasallam dan kepada suatu kaum yang akan keluar dari neraka setelah mereka terbakar dan menjadi arang, selanjutnya mereka akan diperintahkan menuju sungai di depan pintu surga (sebagaimana diberitakan dalam atsar) dan seperti apa yang Dia kehendaki, kita wajib beriman dan membenarkan hal ini


 (ك ف ر) والإيمان أن المسيح الدجال خارج مكتوب بين عينيه كافر ، والأحاديث التي جاءت فيه ، والإيمان بأن ذلك كائن 
Beriman bahwa Al-Masih Ad-Dajjal akan keluar, tertulis diantara kedua matanya ك ف ر dan kita mengimani dengan hadits-hadits yang datang menjelaskan akan hal ini bahwa peristiwa ini kelak akan terjadi. 

 وأن عيسى ابن مريم ينزل فيقتله بباب لد 
Beriman bahwa Isa bin Maryam akan turun dan membunuh Dajjal di pintu Lud

 والإيمان قول وعمل يزيد وينقص كما جاء في الخبر : « أكمل المؤمنين إيمانا أحسنهم خلقا ». ومن ترك الصلاة فقد كفر ، وليس من الأعمال شيء تركه كفر إلا الصلاة ، من تركها فهو كافر ، وقد أحل الله قتله 
Iman adalah ucapan dan amalan, bertambah dan berkurang sebagaimana telah diberitakan dalam hadits: “Orang mu’min yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaqnya”,25 dalam hadits lain: “Barangsiapa meninggalkan shalat sesungguhnya ia telah kafir”26 “Tidak ada amalan yang kalau ditinggalkan orang menjadi kafir kecuali shalat”27 Maka barangsiapa yang meninggalkan shalat dia menjadi kafir dan Allah subhanahu wata’ala telah menghalalkan untuk membunuhnya. 


 وخير هذه الأمة بعد نبيها أبو بكر الصديق ، ثم عمر بن الخطاب ، ثم عثمان بن عفان ، نقدم هؤلاء الثلاثة كما قدمهم أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم لم يختلفوا في ذلك ، ثم بعد هؤلاء الثلاثة أصحاب الشورى الخمس علي بن أبي طالب ، وطلحة ، والزبير ، وعبد الرحمن بن عوف ، وسعد ، كلهم يصلح للخلافة وكلهم إمام . ونذهب إلى حديث ابن عمر : كنا نعد ورسول الله صلى الله عليه وسلم حي ، وأصحابه متوافرون : أبو بكر ، ثم عمر ، ثم عثمان ، ثم نسكت . ثم من بعد أصحاب الشورى أهل بدر من المهاجرين ، ثم أهل بدر من الأنصار من أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم على قدر الهجرة والسابقة أولا فأولا . ثم أفضل الناس بعد هؤلاء أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم القرن الذي بعث فيهم ، كل من صحبه سنة أو شهرا أو يوما أو ساعة أو رآه ، فهو من أصحابه ، له من الصحبة على قدر ما صحبه ، وكانت سابقته معه ، وسمع منه ونظر إليه نظرة ، فأدناهم صحبة هو أفضل من القرن الذين لم يروه ، ولو لقوا الله بجميع الأعمال كان هؤلاء الذين صحبوا النبي صلى الله عليه وسلم ورأوه وسمعوا منه ومن رآه بعينه وآمن به ولو ساعة أفضل بصحبته من التابعين ولو عملوا كل أعمال الخير 
Umat yang Terbaik Setelah NabiNya shalallahu’alaihi wasallam adalah Abu Bakar As Siddiq, kemudian Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan, Kita mengutamakan tiga shahabat ini sebagaimana Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam telah mengutamakan mereka dan mereka tidak berselisih dalam masalah ini. Kemudian setelah itu orang yang paling utama adalah ashabus syura yang berjumlah lima orang (Ali bin Abi Thalib, Zubair, Abdur Rahman bin Auf, Sa’ad dan [Thalhah]*) seluruh mereka berhak untuk menjadi khalifah dan mereka adalah imam. Dalam hal ini kita berpegang dengan hadits Ibnu Umar: “Kami menganggap -ketika Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam masih hidup dan para shahabatnya masih banyak yang hidup-, bahwa shahabat yang terbaik adalah: Abu Bakar, Umar dan Utsman kemudian kami diam (tidak menentukan orang ke empat)”, kemudian setelah ashabus syura orang yang paling utama adalah orang yang ikut perang badar dari kalangan muhajirin, kemudian ahlu badar dari anshar, keutamaan mereka sesuai dengan urutan hijrah mereka dan masuknya kedalam agama islam. kemudian manusia yang paling utama setelah para shahabat adalah generasi yang beliau diutus pada mereka29, , yaitu yang pernah bersahabat dengan beliau selama satu tahun, satu bulan, satu hari atau satu jam, siapa yang pernah melihat Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam maka dia termasuk shahabat Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam. Dia mempunyai keutamaan sesuai dengan kadar lamanya waktu dia bersahabat dengan Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam dia lebih dulu masuk Islam bersama Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam, mendengar dan melihatnya (merupakan satu keutamaan baginya-pent.) Orang yang paling rendah perhahabatannya dengan Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam itu tetap lebih utama dari pada generasi yang tidak melihatnya, walaupun mereka bertemu Allah dengan membawa seluruh amalannya. Mereka yang telah bersahabat dengan Nabi shalallahu’alaihi wasallam telah melihat dan mendengar beliau lebih utama-karena persahabatan mereka—dari kalangan tabi’in walaupun mereka (Tabi’in) telah beramal dengan semua amal kebaikan

 والسمع والطاعة للأئمة وأمير المؤمنين البر والفاجر ، ومن ولي الخلافة فاجتمع الناس عليه ورضوا به . ومن غلبهم بالسيف حتى صار خليفة وسمي أمير المؤمنين 
Mendengar dan patuh kepada penguasa dan amirul mukminin yang berperangai baik ataupun yang fajir, dan wajib pula patuh kepada orang yang menjabat kekhalifahan/kepemimpinan negara dengan sebab manusia telah berkumpul (Bai’at) kepadanya dan mereka ridha kepada khalifah tersebut, dan juga patuh kepada orang yang mengkudeta (memberontak) kekhalifahan dengan pedang (senjata) sehingga dengan pemberontakan tersebut dia berhasil menjadi (pengganti) khalifah dan jika demikian maka dia dinamakan amirul mukminin (yang baru)

 والغزو ماض مع الأمراء إلى يوم القيامة البر والفاجر لا يترك 
Syariat jihad akan terus berlangsung dikobarkan bersama penguasa hingga hari kiamat-baik dengan penguasa yang baik ataupun yang fajir –tidak boleh ditinggalkan


 وقسمة الفيء وإقامة الحدود إلى الأئمة ماض ليس لأحد أن يطعن عليهم ولا ينازعهم 
Pembagian harta fai (harta rampasan yang diambil tanpa melalui peperangan terlebih dahulu) dan pelaksanaan hukum-hukum had dilakukan oleh penguasa, hal ini akan terus berlangsung dan tidak boleh seorangpun mencela keputusan penguasa dalam hal ini dan tidak boleh pula membantahnya


 ودفع الصدقات إليهم جائزة ونافذة ، من دفعها إليهم أجزأت عنه برا كان أو فاجرا 
Memberikan zakat (shadaqah) kepada penguasa dibolehkan dan sah, barangsiapa yang memberikannya kepada mereka maka zakatnya sudah tertunaikan dan sah, penguasanya orang yang baik ataupun orang yang fajir


 وصلاة الجمعة خلفه وخلف من ولى جائزة تامة ركعتين ، من أعادهما فهو مبتدع ، تارك للآثار ، مخالف للسنة ، ليس له من فضل الجمعة شيء إذا لم ير الصلاة خلف الأئمة من كانوا برهم وفاجرهم ، فالسنة أن تصلي معهم ركعتين ، من أعادهما فهو مبتدع ، وتدين بأنها تامة ، ولا يكن في صدرك من ذلك شك 
Penunaian shalat jum’at yang diimami penguasa atau yang diimami seorang (imam mesjid) yang ditunjuk oleh penguasa, shalatnya sah dan sempurna dilakuukan dua rakaat. Barangsiapa yang mengulang shalatnya maka dia adalah seorang ahlul bid’ah yang meninggalkan atsar35 dan menyelisihi Sunnah. Dia tidak mendapatkan keutamaan shalat jum’at sedikitpun jika tidk berkeyakinan bolehnya shalat bermakmum kepada penguasa, baik itu penguasa yang baik ataupun penguasa yang zhalim. As Sunnah mengajarkan untuk shalat bersama mereka dua rakaat, barangsipa mengulang shalat jumatnya maka dia adalah ahlul bidah, kita beragama dan meyakini bahwa shalat jumat tersebut sempurna dan jangan sampai ada ganjalan suatu perasaan apapun di dalam dadamu tentang masalah tersebut


 ومن خرج على إمام المسلمين وقد كان الناس اجتمعوا عليه وأقروا له بالخلافة بأي وجه كان بالرضا أو بالغلبة فقد شق هذا الخارج عصا المسلمين ، وخالف الآثار عن رسول الله صلى الله عليه وسلم ، فإن مات الخارج عليه مات ميتة جاهلية 
Barangsiapa yang memberontak kepada penguasa kaum muslimin setelah mereka berkumpul dan sepakat mengakuinya sebagai khalifah/pemimpin negara, walau dengan cara apapun walau dengan perasaan ridha maupun terpaksa, maka pemberontak itu telah memecahkan persatuan kaum muslimin dan menyelisihi atsar dari Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam, kalau dia mati, maka dia mati dalam keadaan memberontak maka dia mati dalam keadaan jahiliyah.

 ولا يحل قتال السلطان ولا الخروج عليه لأحد من الناس ، فمن فعل ذلك فهو مبتدع على غير السنة والطريق 
Tidak dihalalkan atas seorangpun memerangi sulthan atau memberontaknya. Barangsiapa yang melakukannya maka dia adalah mubtadi’ (Ahlul bid’ah), sudah tidak di atas Sunnah dan di jalan yang lurus


تال اللصوص والخوارج جائز إذا عرضوا للرجل في نفسه وماله ، فله أن يقاتل عن نفسه وماله ويدفع عنها بكل ما يقدر عليه . وليس له إذا فارقوه أو تركوه أن يطلبهم ولا يتبع آثارهم ، ليس لأحد إلا للإمام أو ولاة المسلمين ، إنما له أن يدفع عن نفسه في مقامه ذلك ، وينوي بجهده أن لا يقتل أحدا ، فإن أتى عليه في دفعه عن نفسه في المعركة فأبعد الله المقتول ، وإن قتل هذا في تلك الحال وهو يدفع عن نفسه وماله رجوت له الشهادة ، كما جاء في الأحاديث وجميع الآثار في هذا إنما ، أمر بقتاله ولم يؤمر بقتله ولا اتباعه ، ولا يجهز عليه إن صرع أو كان جريحا ، وإن أخذه أسيرا فليس له أن يقتله ولا يقيم عليه الحد ، ولكن يرفع أمره إلى من ولاه الله فيحكم فيه 
Memerangi para pencuri dan khawarij diperbolehkan jika mereka mengancam jiwa dan harta seseorang. Seseorang dibolehkan untuk melawannya dalam rangka membela diri terhadap jiwa dan hartanya sebatas kemampuannya,39 tapi dia tidak boleh mencari atau mengejar mereka kalau mereka kabur memisahkan diri atau meninggalkannya, tidak boleh seorangpun mengejarnya kecuali yang mengejarnya penguasa atau pemerintah muslimin. Perbuatan yang boleh dlkukannya hanyalah membela dirinya di tempat kejadian, dan tidak berniat untuk membunuh, tetapi kalau pencuri (khawarij) tersebut mati** di tangannya ketika ia membela diri maka Allah akan menjauhkan orang yang terbunuh, dan kalau dia (yang membela diri) yang terbunuh dalam keadaan membela diri dan hartanya, aku (imam Ahmad) mengharapkan dia mati syahid. Hal tersebut sebagaimana dalam hadits-hadits, seluruh atsar dalam masalah ini (1/5) hanya menyuruh untuk memeranginya dan tidak memerintahkan untuk membunuh atau mengintainya, tidak diperbolehkan*** membunuhnya kalau dia sudah tesungkur atau terluka, kalau ingin menjadikannya sebagai tawanan maka tidak boleh juga dibunuh, dan jangan dihukum had olehnya sendiri, akan tetapi hendaknya urusan tersebut diserahkan kepada orang yang telah Allah tunjuk sebagai penguasa (Qodhi) untuk menghukumnya.


 ولا يشهد على أهل القبلة بعمل يعمله بجنة ولا نار يرجو للصالح ، ويخاف عليه ، ويخاف على المسيء المذنب ، ويرجو له رحمة الله 
Kami tidak mempersaksikan (memastikan) seorang ahlu qiblah dengan amalannya akan masuk surga atau neraka. Kami mengharapkan orang yang shalih (untuk masuk surga-pent.), dan kami juga mengkhawatirkan serta menakutkan orang yang berbuat jelek dan dosa (untuk masuk neraka,pent.) dan kami mengharapkan rahmat Allah untuknya


 ومن لقي الله بذنب يجب له به النار تائبا غير مصر عليه ؛ فإن الله عز وجل يتوب عليه ويقبل التوبة عن عباده ويعفو عن السيئات 
Barangsiapa yang bertemu dengan Allah dengan membawa dosa yang bisa memasukkannya dalam neraka-tapi dia taubat tidak terus menerus melakukan dosanya-maka sesungguhnya Allah menerima taubat hambaNya serta memaafkan kejelekannya.


 ومن لقيه وقد أقيم عليه حد ذلك الذنب في الدنيا فهو كفارته كما جاء الخبر عن رسول الله صلى الله عليه وسلم 
Barangsiapa yang bertemu dengan Allah dalam keadaan telah ditegakkan atasnya hukum had didunia maka itulah penghapus dosa baginya, sebagaimana telah ada khabar dari Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam.


 ومن لقيه مصرا غير تائب من الذنوب التي قد استوجب بها العقوبة ، فأمره إلى الله عز وجل ، إن شاء عذبه ، وإن شاء غفر له 
Barangsiapa yang bertemu dengan Allah dalam keadaan terus menerus melakukan dosa, dan tidak bertaubat dari dosa-dosa yang mengharuskan ia dihukum oleh Allah, maka urusannya dikembalikan kepada Allah, kalau Allah menghendaki Dia akan mengadzab orang tersebut dan jika tidak Allah akan mengampuninya.


 ومن لقيه كافرا عذبه ولم يغفر له 
Barangsiapa yang bertemu dengan Allah-dalam keadaan kafir-Allah akan mengadzabnya dan tidak ada ampunan baginya.

والرجم حق على من زنا وقد أحصن إذا اعترف أو قامت عليه بينة ، وقد رجم رسول الله صلى الله عليه وسلم ، وقد رجمت الأئمة الراشدون 
Hukum Rajam itu adalah haq(wajib)atas orang yang berzina dan telah menikah, jika dia mengaku atau telah ada bukti yang kuat, Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam telah merajam, demikian pula khulafaur rasyidin.


 ومن انتقص أحدا من أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم أو أبغضه لحدث كان منه أو ذكر مساوئه كان مبتدعا حتى يترحم عليهم جميعا ، ويكون قلبه لهم سليما 
Barangsiapa yang menghina seorang saja dari shahabat Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam atau membencinya karena dosa, atau menyebutkan kejelekan-kejelekannya maka dia adalah ahlul bid’ah sampai dia bertarahum (mendoakan semoga Allah merahmati) kepada mereka semua dan hatinyapun selamat dari perasaan jelek kepada mereka


 والنفاق هو الكفر ، أن يكفر بالله ويعبد غيره ، ويظهر الإسلام في العلانية مثل المنافقين الذين كانوا على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم 
Nifaq adalah kufur, kufur kepada Allah dan menyembah selainnya. Serta menampakkan Islam dalam dhahirnya, seperti orang-orang munafiq pada zaman Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam.

 . وهذه الأحاديث التي جاءت : « ثلاث من كن فيه فهو منافق » هذا على التغليظ ، نرويها كما جاءت ولا نفسرها . وقوله : « لا ترجعوا بعدي كفارا ضلالا يضرب بعضكم رقاب بعض » ، ومثل : « إذا التقى المسلمان بسيفيهما فالقاتل والمقتول في النار » ، ومثل : « سباب المسلم فسوق وقتاله كفر » ، ومثل : « من قال لأخيه : يا كافر فقد باء بها أحدهما » ، ومثل : « كفر بالله تبرؤ من نسب ، وإن دق » . ونحوه من الأحاديث مما قد صح وحفظ فإنا نسلم له وإن لم يعلم تفسيرها ، ولا يتكلم فيه ولا يجادل فيه ولا تفسر هذه الأحاديث إلا بمثل ما جاءت ، ولا نردها إلا بأحق منها
“Tiga perkara barangsiapa yang tiga perkara ini ada padanya berarti dia munafik” Dengan keras (mengancam), kita riwayatkan sebagaimana datangnya tidak kita kias-kiaskan. Dan sabdanya: “Janganlah kalian kembali menjadi kafir jika akau telah wafat, sebagian kalian membunuh sebagian yang lainnya”, dan seperti: “Jika dua orang muslim berkelahi dengan membawa pedang mereka, maka yang membunuh dan yang dibunuh masuk neraka”, dan seperti: “Mencerca muslim adalah fasiq dan membunuhnya adalah suatu kekufuran”, dan seperti: “Barangsiapa yang mengatakan kepada saudaranya “ya kafir” maka sifat tersebut akan kembali(mengenai) salah seorang diantara keduanya”, dan seperti: “Kufur pada Allah melepaskan ****nasab walaupun sedikit”. Dan seperti hadits-hadits ini yang shahih dan dihafal, kita harus menerimanya walau tidak tahu tafsirnya (1/6) kita tidak mempermasalahkan dan tidak pula memperdebatkannya, dan tidak kita tafsirkan kecuali dengan hadits yang lebih shahih dari itu.


 والجنة والنار مخلوقتان ، قد خلقتا كما جاء عن رسول الله صلى الله عليه وسلم : « دخلت الجنة فرأيت قصرا ، ورأيت الكوثر ، واطلعت في الجنة فرأيت لأهلها كذا ، واطلعت في النار فرأيت كذا ، ورأيت كذا » فمن زعم أنهما لم تخلقا فهو مكذب بالقرآن وأحاديث رسول الله صلى الله عليه وسلم ، ولا أحسبه يؤمن بالجنة والنار 
Surga dan neraka sudah diciptakan (sudah ada) sebagaimana dalam hadits Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda: “Aku masuk ke surga akupun melihat istana disana, aku juga melihat alkautsar”dan”Aku lihat ke surga akupun bisa melihat bahwa kebanyakan penduduk surga adalah ini, dan aku lihat neraka dan aka lihat kebanyakan penghuninya adalah ini (wanita-pent.), barangsiapa yang menyangka keduanya belum ada saat ini berarti dia telah mendustakan Al Qur’an dan aku tidak mengira (menganggap) orang ini beriman atas adanya surga dan neraka”.


 ومن مات من أهل القبلة موحدا يصلى عليه ويستغفر له ، ولا تترك الصلاة عليه لذنب أذنبه صغيرا كان أو كبيرا ، وأمره إلى الله عز وجل 
Barangsiapa yang mati dari ahlul kiblat(muslim) dalam keadaan muwahhid (bertauhid), dishalati jenazahnya dan dimintakan ampun untuknya, jangan sampai tidak dimintakan ampun dan jangan pula jenazahnya dibiarkan (tidak dishalati) hanya karena disebabkan melakukan dosa—baik dosa yang kecil ataupun besar- dan urusannya diserahkan kepada Allah Ta’ala.