TERJEMAH MAKNA SYAHADAT

Makna dan Syarat-Syarat Laa ilaha Illalloh
Karya
 Syikh Abdul Aziz bin Abdulloh Bin Baz

Penerjemah
Abdurahman Mubarak


PMR 
Penerbit Al Mubarak

Pertanyaan: Karena melihat bodohnya kebanyakan umat Islam tentang makna Laa Ilaha Illalloh, sehingga menyebabkan mereka melakukan perbuatan yang menyelisihi, menentang dan menguranginya baik dengan perkataan ataupun perbuatan. Maka terangkanlah makna Laa ilaha illalloh? Kandungannya? Dan syarat-syaratnya?

Jawaban: Tidak diragukan lagi bahwasanya kalimat Laa ilaha illalloh adalah dasar agama ini. Rukun pertama dari rukun Islam bersama dengan syahadat muhammadan rasululloh. Sebagaimana dalam hadits shahih dari nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
Artinya: “Islam dibangun diatas lima perkara: Syahdah Laa ilaha illalloh waanna muhamadan Rasululloh, menegakkan shalat, mengeluarkan zakat, puasa ramadhan dan haji ke baitulloh” Muttafaq shahihnya dari Ibnu Umar radiyalloahuanhuma.
Dalam shahihain dari Ibnu Abbas radiyallahuanhuma: Bahwa tatkala nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus Muadz ke yaman, beliau berkata: ”Engkau akan datang ke tempat ahlul kitab, dakwahilah mereka untuk bersyahadat Laa ilaha illalloh waanni Rasululloh. Jika mereka taat untuk berbuat demikian kabarkanlah bahwa Alloh mewajibkan mereka untuk shalat lima waktu sehari-semalam. Jika mereka taat, beritahukan kepada mereka bahwasanya Alloh mewajibkan atas mereka zakat, diambil orang kaya mereka dan diberikan orang faqir”. Hadits muttafaq alaih, hadits yang berkaitan dalam Bab ini banyak.
Makna Syahadat Laa ilaha Illalloh adalah tidak ada sesembahan yang haq kecuali Alloh, menafikan ilahiyah yang haq dari selain Alloh dan menetapkannya hanya untuk Alloh. Sebagaimana Firman Alloh dalam surat Al Hajj:
Artinya: “Demikianlah, karena Alloh lah yang haq dan apa yang disembah selain Alloh adalah batil”
Alloh juga berfirman:
Artinya: “Barang siapa yang berdoa kepada selain Alloh yang tidak ada bukti padanya maka hisabnya disisi Alloh, sesungguhnya orang-orang kafir itu tidaklah akan sukses”
Alloh berfirman: Artinya: “Ilah kalian adalah sesembahan yang satu, yaitu Alloh yang maha pengasih dan penyayang”
Alloh berfirman:
Artinya: “Tidaklah mereka diperintah kecuali untuk beribadah kepada Alloh mengikhlaskan bagi-Nya agama, hunafa (menghadap kepada Alloh dan berpaling dari kesyirikan)”
Ayat-ayat yang semakna dengan ini sangatlah banyak. Kalimat yang agung ini tidak akan bermanfaat bagi yang mengucapkannya dan tidak akan mengeluarkannya dari kesyirikan kecuali jika di mengetahui maknanya dan mengamalkan serta membenarkannya. Orang-orang munafiqun dulu mengucapkannya akan tetapi mereka adalah penghuni neraka yang paling bawah. Demikian juga orang yahudi, mereka mengucapkannya padahal mereka termasuk orang yang paling kafir karena tidak mengimaninya. Demikian juga para penyembah kubur dan wali-wali dari umat ini, mereka mengucapkannya akan tetapi mereka menyelisihinya dengan perkataan dan perbuatan serta keyakinan mereka. Maka tidak akan bermanfaat bagi mereka. Mereka tidak menjadi muslim karena semata mengucapkannya karena mereka telah membatalkannya dengan perkataan, amalan dan keyakinan mereka.

Sebagian ulama telah menyebutkan bahwa syarat-syaratnya ada delapan, dikumpulkan dalam dua bait:
 Ilmu, yakin, ikhlas dan pembenaranmu
disertai Kecintaan, ketundukan dan menerimanya
Ditambahlah yang kedelapan dengan pengingkaranmu
Terhadap selain Alloh yang telah disembah

Inilah dua bait yang telah mencakup delapan syarat tersebut:
Pertama: Mengilmui maknanya yang menafikan kejahilan. Telah di sebutkan bahwa maknanya adalah tidak ada sesembahan yang haq selain Alloh. Semua sesembahan selain Alloh yang telah disembah manusia adalah batil.
Kedua Yakin yang menafikan keraguan. Seorang yang mengucapkan Laa ilaha illalloh haruslah yakin bahwasanya Alloh adalah sesembahan yang haq.
Ketiga Ikhlas, yakni seorang hamba mengikhlaskan seluruh ibadah kepada Alloh. Apabila memalingkan sedikit ibadah kepada selain Alloh baik kepada nabi, wali, malaikat, patung, jin dan selainnya maka telah berbuat syirik kepada Alloh dan kuranglah syarat ini yaitu syirik dalam ikhlas.
Keempat Jujur. Dia mengucapkan dalam keadaan hatinya jujur dalam mengucapkannya. Hatinya mencocoki lisan dan lisannya mencocoki hati. Jika mengucapkan dengan lisan saja tapi hatinya tidak mengimani maknanya tidaklah bermanfaat baginya dan dia menjadi orang kafir seperti orang munafiq.
Kelima Cinta. Maknanya ia cinta kepada Alloh. Jika dia mengucapkannya tapi tidak cinta kepada Alloh maka diapun kafir belum masuk Islam seperti orang munafiq. Diantara dalil akan hal ini adalah firman Alloh: Artinya: “Katakanlah (wahai Muhammad), Jika kalian cinta kepada Alloh maka ikutilah aku, niscaya Alloh akan mencintai kalian” Dalam ayat lain: Artinya: “Diantara manusia ada yang mencintai tandingan-tandingan Alloh sebagaimana mencintai Alloh. Adapun orang beriman lebih besar kecintaannya kepada Alloh”. Ayat yang maknanya seperti ini sedikit.
Keenam Tunduk kepada yang ditunjukkan oleh makna kalimat tersebut. Maknanya adalah beribadah kepada Alloh saja, tunduk kepada syariatnya, beriman kepadanya, meyakini bahwa ini adalah benar. Jika dia mengucapkannya tapi tidak beribadah kepada Alloh saja, tidak tunduk kepada syariatnya bahkan bersombong dari hal yang demikian, maka dia bukanlah orang muslim seperti iblis dan lainnya.
Ketujuh Menerima apa yang ditunjukkan kalimat tersebut. Maknanya menerima apa yang ditunjukkan kalimat tersebut yakni ikhlas ibadah kepada Alloh, menjauhi peribadatan kepada selain-Nya, senantiasa terus demikian dan meridhainya Kedelapan Mengingkari sesembahan selain Alloh. Maknanya berlepas diri dari peribadatan kepada selain Alloh serta meyakini bahwa itu adalah batil.
Sebagaimana firman Alloh: Artinya: “Barang siapa yang kufur kepada thagut dan beriman kepada Alloh maka telah memegang tali yang kuat tidak akan terlepas darinya, Alloh maha mendengar dan Maha mengetahui”
Telah shahih dari Rasululloh shallallohu alaihi wasallam bersabda: Artinya: “Barang siapa mengucapkan Laailaha illalloh, mengingkari sesembahan selain Alloh, haram darah dan hartanya. Hisabnya disisi Alloh.
Dalam riwayat lain: Artinya: “Barang siapa yang mentauhidkan Alloh, mengingkari sesembahan selain Alloh haram darah dan kehormatannya.” Riwayat Muslim dalam shahihnya Maka wajib atas semua muslimin untuk merealisasikan kalimat ini dengan menjaga syarat-syaratnya.
Jika seorang muslim mendapati maknanya dan istiqamah diatasnya maka dia adalah muslim, haram darah dan hartanya walaupun belum tahu rincian syarat-syarat ini, karena maksudnya adalah mengilmui alhaq dan mengamalkannya, walaupun seorang mukmin belum mengetahui rincian syarat yang harus dipelajari.
Thagut adalah semua yang disembah selain Alloh, sebagaimana firman Alloh: Artinya: “Barang siapa yang kufur kepada thagut dan beriman kepada Alloh maka telah memegang tali yang kuat tidak akan terlepas darinya”
Alloh berfirman:
Artinya: “Sungguh kami telah mengutus pada setiap umat seorang Rasul untuk menyeru beribadah kepada Alloh dan menjauhi taghut”.
Barang siapa yang tidak ridha diibadahi seperti nabi, orang shalih, malaikat bukanlah thagut, karena thagut adalah syaithan yang menyeru untuk beribadah kepada mereka dan memperindahnya untuk menipu manusia.
Kita minta kepada Alloh keselamatan dari kejelekan bagi kita dan muslimin.

Adapun perbedaan antara amalan yang menafikan kalimat Laa ilaha illalloh dan yang menafikan kesempurnaannya yang wajib ada adalah: Semua amalan atau perbuatan atau keyakinan yang menjatuhkan pelakunya kedalam syirik besar maka menafikan secara keseluruhan dan bahkan menentangnya seperti do’a kepada orang sudah mati, malaikat, patung, pohon, batu, bintang dan semisalnya . . . serta menyembelih untuk mengagungkan mereka, nadzar dan sujud untuk mereka dan amalan lainnya.

Ini semua menafikan tauhid secara keseluruhan dan bertentangan dengan kalimat Laa ilaha illalloh serta membatalkannya.
Diantaranya menghalalkan apa yang Alloh haramkan dari perkara haram yang diketahui dalam agama ini dengan doruri (pasti) dan ijma seperti zina, minum yang memabukkan, durhaka kepada dua orang tua, riba dan lainnya. Diantaranya juga menentang apa yang Alloh wajibkan berupa perkataan atau amalan yang diketahui dalam agama ini dengan doruri dan ijma’ seperti wajibnya shalat lima waktu, zakat, puasa ramadhan, berbakti kepada dua orang tua, mengucapkan dua kaliamah syahadat.
Adapun perkataan dan amalan yang melemahkan tauhid dan iman serta menafikan kesempurnaannya sangatlah banyak, diantaranya: Syirik kecil seperti: riya, bersumpah dengan selain Alloh, ucapan masya Alloh wasyi’ta, ini dari Alloh dan dari kamu dan ucapan sejenisnya. Demikian juga semua maksiat semuanya melemahkan tauhid dan iman serta menafikan kesempurnaannya. Maka wajib hati-hati dari semua yang menafikan atau mengurangi pahalanya. Iman menurut ahlus sunnah adalah ucapan dan amalan bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena maksiat. Dalil akan hal ini banyak telah dijelaskan oleh para ulama dalam kitab aqidah, tafsir dan kitab hadits, barang siapa ingin mengetahuinya alhamdulillah.
Diantaranya firman Alloh:
Artinya: “Ketika diturunkan surat diantara mereka ada yang berkata siapa diantara kalian yang bertambah imannya. Adapun orang yang beriman bertambah keimanan mereka dan mereka bergembira”
 Serta firman Alloh: Artinya: “Orang beriman itu adalah orang yang ketika disebutkan nama Alloh takutlah hati mereka dan jika dibacakan ayat Alloh bertambah keimanan mereka, dan mereka bertawakkal kepada Rabb mereka” Dan firman Alloh:
Artinya: “Alloh menambah petunjuk orang yang mengamalkan petunjuk-Nya”. Ayat yang semakna dengan ini sangatlah banyak.